Serikat pekerja, dari pilot hingga pegawai katering,telah melakukan aksi mogok sejak September lalu atas tuntutan upah dan menentang rencana manajemen memangkas anggaran yang membengkak. Qantas berencana memotong 1.000 pekerjaan dan memesan USD9 miliar pesawat Airbus baru sebagai bagian dari makeover untuk menyelamatkan diri dari kerugian bisnis internasional. Maskapai memaparkan, semua karyawan yang terlibat dalam aksi itu akan dilarang bekerja mulai besok malam dan seluruh penerbangan— domestik dan internasional— dihentikan mulai pukul 06.00 waktu setempat (12.00 WIB) kemarin. ”Pesawat yang saat ini berada di udara akan menyelesaikan operasinya.Tapi, tidak akan ada lagi pemberangkatan domestik atau internasional Qantas dari mana pun di dunia,” papar maskapai itu seperti dikutip AFP. CEO Qantas Alan Joyce memperkirakan langkah terakhir itu akan merugikan maskapai 20 juta dolar Australia per hari. "Mereka (serikat pekerja) mengempaskan strategi dan merek kami. Mereka benarbenar mendestabilisasi perusahaan. Pelanggan akan lari dari kami sekarang," kata Joyce seperti dikutip Reuters. "(Serikat pekerja) memberikan klaim mustahil yang tidak hanya terkait upah,tapi juga berusaha mendikte bagaimana kami menjalankan bisnis.” Kotabumi. Lampung Utara. Penghentian penerbangan juga dilakukan sehari setelah pemegang saham mendukung kenaikan gaji bagi eksekutif senior Qantas. "(Grounded) itu sebagian dirancang untuk menarik pemerintah agar terlibat," papar analis penerbangan Australia Tom Ballantyne di ABC Television. "Maskapai itu akan mengalami kerusakan yang tidak bisa diperbaiki lagi kalau hal itu terjadi selama lebih dari sebulan," lanjut dia. Berhenti beroperasinya Qantas diperkirakan akan memengaruhi 70.000 penumpang dan 600 penerbangan pada akhir pekan ini, dengan puluhan ribu orang akan mengunjungi balap kuda Melbourne Cup pada Selasa (1/11). Kendati demikian, keputusan tersebut tidak memengaruhi maskapai murah milik Qantas, Jetstar. Banyak penumpang Qantas sedang menunggu pesawat take off ketika pengumuman penghentian penerbangan dilakukan kemarin. "Alan Joyce memegang pisau ke leher negara," ujar Kapten Richard Woodward, Wakil Presiden Asosiasi Pilot Internasional dan Australia,memberikan perumpamaan. Perselisihan itu adalah yang terburuk yang dihadapi Qantas sejak 2008, ketika aksi industrial oleh para teknisi menyebabkan kerugian 130 juta dolar Australia. "Saya benar-benar kecewa.Apalagi, saya sudah dengan sangat jelas mengindikasikan kepada Joyce bahwa saya terganggu oleh fakta bahwa kita punya sejumlah diskusi dan pada saat ini Joyce sama sekali tidak mengindikasikan ke saya bahwa aksi ini pernah dipertimbangkan," papar Menteri Perhubungan Australia Anthony Albanese. Pemerintah telah meminta pengadilan khusus untuk menggelar dengar pendapat (hearing) untuk mengakhiri aksi industrial serikat dan Qantas. Pengadilan menggelar dengar pendapat tadi malam. Kalau mereka memerintahkan aksi itu diakhiri, Qantas diperkirakan terbang kembali hari ini. Penghentian operasi pesawat yang berlarut akan menguntungkan rival domestik seperti Virgin Australia dan lainnya seperti Singapore Airlines, British Airways, dan maskapai China pada rute internasional. Virgin Australia memaparkan akan mengakomodasi penumpang Qantas dan berusaha menambah layanan untuk merespons keputusan penghentian penerbangan itu. Puluhan pesawat Garuda Indonesia masih alami delay. Penerbangan pesawat Garuda Indonesia dari Palembang menuju Jakarta, Senin (10/10/2011) terganggu.
7 years ago