BOOKING TIKET PESAWAT

puisi dan laut atlantik

puisi dan laut atlantik. Info sangat penting tentang puisi dan laut atlantik. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai puisi dan laut atlantik

Dua hari yang lalu saya menghubungi seorang teman via ponsel. Kebetulan saat saya hubungi dia juga sedang santai. Jadi bisa diajak ngobrol-ngobrol yang gak penting. Obrolan iseng antar teman.

Saya bilang padanya lagi kepingin bikin puisi. Sudah saya duga, saya dengar dia tertawa ngakak di seberang sana.

"Bikin puisi? Untuk apa? Mendingan elo bikin bakwan atau ote-ote, laku dijual. Ntar gue bantuin dorong gerobaknya deh", dia menjawab di sela tawanya. Dari dulu dia memang hobby tertawa. Mungkin gara-gara itu dia diramalkan bakal awet muda. Baru bakal.

"Ya lagi kepingin aja. Aku sudah lama gak bikin puisi lagi. Sekarang lagi kepingin. Masa’ gak boleh. Memangnya ada undang-undang yang ngelarang orang biasa kayak aku ini bikin puisi. Gak ada, kan", saya masih membiarkan dia tertawa.
"Boleh aja. Gak ada yang larang. Cuma, untuk apa. Itu yang bikin gue pingin tau".
"Untuk ngungkapin isi dalam hati dong. Memangnya puisi itu inspirasinya dari mana?", saya balik bertanya.

"Dalam hati ya. Seberapa dalam?"
Lho…, koq malah dia balik tanya lagi. "Pokoknya dalam banget. Mungkin lebih dalam dari samudera Atlantik. Saking dalamnya, sampai susah mau diukur pakai apa", saya seperti dapat ide untuk balas mengecoh dia.

"Terserah elo, mau ngukur pakai meteran kek, atau thermometer kek. Mau-mau elo sendiri deh", dia menjawab. Terdengar seperti sedang meminum sesuatu. Mungkin air kelapa muda. Biasanya begitu.

"Ngukur dalamnya laut itu, jelas pakai timbangan beras dong. Masa’ pakai meteran atau thermometer sih", saya mulai iseng menggoda dia.

Terdengar dia jadi batuk-batuk. Pasti keselek air kelapa muda.
"Eh…, elo koq jadi ngawur gitu. Dapat info dari mana kalau sekarang orang ngukur dalamnya laut pakai timbangan beras?"

Nah…, kena dia. Atau pura-pura kena. Biasanya dia kepingin tahu apa alasan saya.
"Begini," saya mulai menjelaskan dengan suara yang saya atur sekeren mungkin, "aku sudah bertahun-tahun kerja di pelabuhan, istilahnya di bidang maritim. Jadi, dibanding kamu, aku jelas lebih tahu bagaimana caranya mengukur kedalaman laut. Secara internasional, ukuran kedalaman laut itu biasanya dinyatakan dalam satuan feet. Dalam bahasa Indonesia berarti kaki. Nah…, coba kamu bayangkan berapa kaki manusia yang dibutuhkan untuk mengukur kedalaman samudera Atlantik itu. Apa ada orang yang mau dipinjam atau dibeli kakinya untuk mengukur dalamnya laut? Padahal untuk mengukur dalamnya samudera Atlantik itu mungkin diperlukan puluhan ribu kaki. Dari mana kita bisa dapat kaki sebanyak itu? jadi, lebih baik mengukur dalamnya laut itu dengan menggunakan timbangan beras aja dari pada pakai kaki manusia."

Saya belum menyelesaikan kalimat-kalimat tadi tapi tawanya sudah meledak lagi. Sesekali terdengar dia memaki-maki saya.

Entahlah, saya merasa seperti harus membuat seorang teman tertawa..


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger